RSS

Festifal yang ada di Kota Malang

BERIKUT BEBERAPA FESTIVAL YANG ADA DI KOTA MALANG GAN
CEKIDOT PENGUNJUNG SETIA assassin-neoming :D

Festivl Kendedes 2012




 

Kenduri Wulandari Kampung Celaket

 

Rebut The Most Improved Travel Club Tourism Award

Sumber : http://www.malang-post.com

MALANG-Penghargaan pariwisata kembali disabet Kota Malang. Kali ini, kota pendidikan ini meraih The Most Improved Travel Club Tourism Award. Penghargaan dari Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu diterima Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu Wahyuni di Jakarta, pekan kemarin.
“Penghargaan ini merupakan penghargaan dibidang pengembangan pariwisata terutama inovasi kreatif Pemkot Malang dalam mengembangkan sektor pariwisata,” jelas Ida Ayu Wahyuni.
Ia mengatakan, Kota Malang mendapat penghargaan ini karena memenuhi sejumlah kriteria penilaian. Diantaranya dari sisi anggaran, promosi, pendapatan asli daerah (PAD) sektor pariwisata dan tenaga kerja yang diserap.
“Kriteria lain yang dipenuhi yakni pembuatan media promosi pariwisata melibatkan stakeholder pariwisata. Ini merupakan bentuk partisipasi yang konkret untuk memajukan pariwisata,” paparnya.
Tidak semua daerah menerima penghargaan tersebut. Dari Jawa Timur hanya tiga daerah saja yang mendapat The Most Improved Travel Club Tourism Award. Selain Kota Malang, tercatat Kabupaten Malang dan Kabupaten Banyuwangi.
Lebih lanjut Ida Ayu mengatakan, pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Malang dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak. Partisipasi masyarkat pariwisata ini berasal dari berbagai kalangan.
Khusus pariwisata, kini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mulai membidik para pengemudi angkutan pariwisata dan angkutan umum. Kepada para pengemudi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan pendidikan sadar wisata.
Para pengemudi diajarkan tata cara menyambut wisatawan yang berkunjung tanpa guide. Dari peran pengemudi inilah wisatawan bisa semakin betah dan nyaman di Kota Malang karena mendapat layanan yang baik dan nyaman.
“Untuk memajukan pariwisata harus dilakukan secara bersama dan saling sinergi dengan semua pihak. Terutama kalangan pengelola wisata, hotel dan biro perjalanan wisata yang ada di Kota Malang,” pungkasnya. (van)
Last Updated on Thursday, 04 October 2012 09:10
 

“Sang Kumbokarno” Kesetiaan dan cinta kepada negara

Sumber : http://www.mpr.go.id

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah untuk mensosialisasikan empat pilar kebangsaan kepada seluruh rakyat Indonesia. Di Kota Malang sosialisasi empat pilar kebangsaan yakni NKRI, Pancasila 1 Juni 1945, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika dikemas dalam pagelaran seni budaya wayang kulit, Sabtu (22/9) malam besok. Mengambil lakon Brubuh Ngalengka, pagelaran wayang kulit ini digelar di Jalan Trunojoyo depan Stasiun Kota Baru, dengan dalang Ki Ardi Poerbo Antono.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang menggelar Sosialisasi 4 Pilar lewat pertunjukan wayang di Halaman Stasiun Kota Baru Kota Malang. Pertunjukan wayang kulit dalam rangka Sosialisasi 4 Pilar, yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, itu mampu menyedot perhatian masyarakat Kota malang dan kabupaten sekitarnya. Halaman stasiun tidak hanya penuh dengan penonton, yang datang dengan menggunakan mobil atau sepeda motor bahkan ada yang naik sepeda, tetapi juga penuh dengan penjual makanan dan penjual mainan anak-anak.
Untuk memasuki panggung pagelaran wayang kulit harus melalui kerumunan warga yang sudah menyemut di sekitar panggung. Warga malang antusias untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit. Pagelaran wayang yang digelar sabtu malam ini (22/9) dihadiri ratusan undangan dari Muspida, masyarakat pewayangan, komunitas pencinta wayang, Guru-guru dan undangan lain.
Sekitar pukul 20.30 WIB, Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid didampingi Wakil Walikota Malang dan beberapa anggota MPR RI memasuki tempat berlangsungnya pagelaran wayang kulit. Tampak hadir anggota MPR di antaranya Agus Bastian (Fraksi Partai Demokrat), Djuwarto (Fraksi Partai PDIP), Oelfah A. Syahrullah Harmanto (Fraksi Partai Golkar), Memed Sosiawan (Fraksi PKS), Martin Hutabarat (Fraksi Partai Gerindra), Djamal Aziz (Fraksi Partai Hanura) dan Muhammad Afnan Hadikusumo (Kelompok Anggota DPD).
Diawali dengan sambutan walikota yang dibacakan Wakil Walikota Malang Bambang Priyo Utomo mengatakan dengan digelarnya seni tradisional wayang kulit ini berarti kita juga peduli terhadap pelestarian kekayaan seni budaya bangsa dan lebih dari itu membentengi budaya bangsa dari serbuan budaya asing.

Kegiatan Sosialisasi yang dikemas dalam bentuk wayang kulit ini diharapkan bisa menjadi asas dan rambu-rambu dalam menyelesaikan segala permasalahan bangsa. Melalui acara ini dapat mempertajam pemahaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara ditengah percaturan kehidupan global, untuk nantinya dapat diImplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ujarnya.
Dilanjutkan dengan sambutan dari wakil Ketua MPR RI Ahmad farhan Hamid dan sekaligus membuka acara secara resmi mengatakan “kita telah mengenal kebudayaan wayang sebagai kebudayaan nasional yang diwariskan dari nenek moyang bangsa indonesia” wayang merupakan karya adiluhung sebagai hasil dari proses asimilasi dan akulturasi peradaban nenek moyang.
Cerita yang ada didalam pewayangan memiliki nilai luhur dan ajaran moral yang dapat memberikan pelajaran bagi masyarakat sekaligus mengokohkan kepribadian kita sebagai bangsa indonesia. Pagelaran wayang dengan judul “Sang Kumbokarno” ini memberikan pemaknaan nilai-nilai akan pentingnya arti kesetiaan dan cinta kepada bangsa dan negara yang besar dengan keberagamannya. Uangkapnya
Lebih lanjut dikatakan sikap setia dan cinta kepada bangsa dan negara adalah modal penting bagi terwujudnya kemajuan negara ke arah yang lebih baik, yaitu negara yang kuat dalam ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Pagelaran wayang kulit dimulai dengan penyerahan secara resmi tokoh wayang oleh Ahmad Farhan Hamid kepada dalang Ki Ardhi Poerbo Antono. Lakon “Sang Kumbokarno” ini menceritakan perang besar antara Raja Dasamuka dengan Ramawijaya, Raja Dasamuka yang enggan menyerahkan Dewi Shinta (Istri Ramawijaya) yang sebelumnya sengaja diculik menjadi penyebab terjadinya perang besar di negara Alengka. Raja Ramawijaya yang ikut serta dalam peperangan dengan gigih berupaya merebut kembali istrinya dan hal itu membuta Raja Dasamuka kewalahan.
Untuk menghadapi kesaktian Raja Ramawijaya, Dasamuka meminta bantuan Kumbokarno yang sangat sakti. Pada mulanya Kumbokarno menolak perintah Raja Dasamuka, karena ia mengetahui perilaku Dasamuka yang telah menculik Dewi Shinta adalah suatu kesalahan. Namun karena kesetiaan dan cintanya kepada bangsa dan negara, perintah Dasamuka pun dituruti. Adu kesaktian antara Kumbokarno dan Raja Ramawijaya pun terjadi, namun kesaktian Raja Ramawijaya tidak dapat dikalahkan Kumbokarno, ia pun tewas ditangan Raja Ramawijaya dan peperangan pun berakhir.
Last Updated on Thursday, 04 October 2012 09:20
 

BIMTEK PENGEMUDI PELAKU WISATA

Sebagai upaya terus meningkatkan arus wisatawan Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang terus melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), diantaranya dengan menggelar bimbingan teknis (Bimtek) bagi pengemudi angkutan wisata Kota Malang yang dilaksanakan di Hotel Sahid Montana, Selasa (11/9).

Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M.Si, mengungkapkan "diadakanya Bimtek ini sebagai upaya pembinaan pelaku wisatadalam menambah wawasan dibidang pariwisata. Dimana peran sopir bus dan taksi sangat besar dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Diadakannya kegiatan ini, sebagai bentuk mewujudkan Tri Bina Cita Kota Malang sebagai Kota Pendidikan, Kota Industri dan juga Kota Pariwisata yang berbudaya."
Kota Malang yang sangat strategis, maka kota ini memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pariwisata lokal maupun internasional.
Acara dibuka oleh Ketua Dektranasda Kota Malang, Dra. Hj. Heri Pudji Utami, M. AP dimana beliau mengatakan memberi apresiasi yang sangat positif terhadap kegiatan ini. Prestasi Kota Malang yang dapat memberi pelayanan pariwisata terbaik di Indonesia adalah sesuatu yang membanggakan. Sukses Kota Malang memberi pelayanan terbaik di bidang wisata tidak lepas dari peranan para driver. Karena itu rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya diberikan kepada para driver Kota Malang.

Kerjasama pemerintah, masyarakat dan pengusaha di Kota Malang yang saat ini sudah bagus harus ditingkatkan. Sebab dengan potensi Kota Malang yang begitu tinggi ke depan kota ini juga akan semakin berkembang diberbagai bidang termasuk di bidang ekonomi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I love kota malang

I LOVE KOTA BUNGA (MALANG)

Gambar

NAH PENGUNJUNG BLOGGER SETIA KALI INI SAYA AKAN MEMPOSTING KOTA TEMPAT DI MANA SAYA TINGGAL YAITU KOTA MALANG..!!!
Siapa sih yang gak kenal dengan kota Malang?…Sebagai kota yang terletak didataran tinggi dan dikelilingi dengan pegunungan membuat Malang menjadi sejuk. Walaupun dengan adanya kondisi cuaca yang tidak menentu dengan adanya pemanasan Global, kota Malang tetap dapat memberikan kesejukan.
Warga Kota Malang sangat beruntung karena diwarisi kekayaan alam yang sangat indah sehingga dapat menambah pemasukan daerah. Banyak sekali tujuan wisata alam yang dapat kita kunjungi disini seperti pantai Ngliyep, pantai Balaikambang, kebun apel didaerah Batu, Air Terjun Cubanrondo, Selecta, bla..bla..
Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan kota pelajar. Kota malang juga disebut Kota Apel, karena produksi apel yang melimpah berpusat di wilayah Kota Batu dan Poncokusumo sehingga banyak di ekspor ke dalam dan luar negeri. Disana apel diolah menjadi bermacam-macam makanan maupun minuman, Contohnya Sari apel, Keripik Apel, Manisan dll.
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[3] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.
Nama “Malang” sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal-usul nama “Malang”. Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang. Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari. Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi. Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang. Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang. Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ”Ijen Boullevard” dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah “Gemente” (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger). Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada malang.
Di kota Malang juga terdapat tempat yang merupakan sarana apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman Krida Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan aneka budaya khas Jawa Timur seperti LudrukKetoprakWayang Orang, Wayang Kulit, ReogKuda Lumping, Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang pesat di kota Malang yaitu kesenian “BANTENGAN” kesenian ini merupakan hasil dari kreatifitas masyarakat asli malang, sejak dahulu sebenarnya kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat malang namun baru sekaranglah “BANTENGAN” lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya masyarakat lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang sering diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik keagamaan maupun peringatan hari kemerdekaan.
Festival tahunan yang menjadi event ikon kota juga sering diadakan setiap tahunnya. Beberapa festival kota tahunan diantaranya adalah:
  • Festival Malang Kembali: Diadakan untuk memperingati HUT Kota Malang, biasa digelar pada tanggal 21 Mei. Festival ini mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah jalan-jalan protokol kota menjadi museum hidup selama kurang lebih 1 minggu festival ini diadakan.
  • Karnaval Bunga
  • Karnaval Lampion: Biasa diadakan untuk merayakan hari raya imlek.

Begitulah sekilas sejarah tentang kota malang dan berbagai tempat wisata serta budaya.Bagi kalian yang belum pernah singgah di kota bunga ini silahkan mampir di waktu liburan dijamin pasti betah.apalagi liburan bersama keluarga dan kerabat dekat.selamat menikmati keindahan kota malang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tentang kota Malang-Jatim


 

AKHIR abad ke-18, Kota Malang dipilih meneer en mevrouw alias tuan dan nyonya Belanda menjadi tempat peristirahatan. Selain karena Malang merupakan kota terdekat dari perkebunan di daerah sekitarnya, kota ini memang layak menjadi tempat tetirah (peristirahatan). Letaknya pada ketinggian 440 sampai 667 meter memberi hawa sejuk dengan suhu rata-rata 24,5 derajat Celcius. Belum lagi adanya pemandangan yang indah dari Gunung Semeru, Kawi, Arjuna, dan puncak pegunungan Tengger.
Bahkan pada masa itu Malang mendapat julukan Zwitserland of Indonesia. Memiliki luas 110,06 kilometer persegi, Malang tumbuh menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Sebagai kota besar, Malang tidak terlepas dari permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin buruk kualitasnya. Kota yang pernah dianggap mempunyai tata kota terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini banyak mendapat keluhan warganya, seperti kemacetan dan kesemrawutan lalulintas, suhu udara yang mulai panas, sampah yang berserakan atau lokasi pedagang kaki lima yang memenuhi alun-alun kota.
Namun, terlepas dari berbagai permasalahan tata kotanya, pariwisata Kota Malang mampu menarik perhatian tersendiri. Dari segi geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan alam daerah sekitarnya seperti Batu dengan agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau situs-situs purbakala peninggalan Kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh dari kota membuat para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan sekaligus tempat belanja.
Pilihan itu tidak berlebihan karena kemampuan ekonomi perdagangan di kota ini sangat besar. Kawasan perdagangan seperti Jalan Merdeka Timur atau Jalan Pasar Besar mampu melayani kebutuhan warga. Tidak hanya kebutuhan warga Kota Malang yang dilayani, melainkan juga warga sekitar seperti dari Blitar, Kediri, dan Tulungagung. Perdagangan ini mampu mengubah konsep pariwisata Kota Malang dari kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.
 
Kota pendidikan
Kelebihan lain yang dikenal dari Kota Malang adalah tradisi pendidikannya. Sekolah-sekolah peninggalan Belanda seperti HIS (setingkat SD), Mulo (SLTP), AMS (SMU), dan HBS (Perguruan Tinggi) secara historis menjadikan pendidikan bukan sebagai sesuatu yang asing bagi warga kota. Terlebih lagi ketika Perguruan Tinggi Pendidikan Guru -sekarang Universitas Negeri Malang- didirikan pada bulan Oktober 1954. Pada saat itu Malang menjadi satu-satunya kota yang memiliki perguruan tinggi, selain ibu kota provinsi.
Apabila rencana tahun 2001 atau 2002 menjadikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) sebagai universitas terealisasi, maka Kota Malang akan dikenal sebagai kota yang memiliki tiga universitas negeri sekaligus, mendampingi Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang yang sudah lebih dulu berdiri. Saat ini, kota dengan penduduk 751.000 jiwa ini mempunyai 41 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dengan 121.000 mahasiswa...(Sumber: diolah dari Yoseptin Titien/Litbang Kompas, Kompas 16 Maret 2001)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS